STUDI PELAKSANAAN UPACARA ULUR-ULUR DESA SAWO KECAMATAN CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2018
Puthut Indro Wicaksono
14.1.01.02.0033
FKIP – Pendidikan Sejarah
puthutptt@gmail.com
Drs. Sigit Widiatmoko, M.Pd dan Drs. Yatmin, M. Pd
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
PUTHUT INDRO WICAKSONO: Studi Pelaksanaan Upacara Ulur-ulur Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung tahun 2018, Skripsi, Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2017.
Ulur-Ulur adalah prosesi mengembalikan kesadaran manusia untuk menjaga keseimbangan alam dengan wujud upacara sebagai media pendidikan terhadap setiap generasi akan pentingnya pelestarian alam untuk sebuah masa depan. Jika keseimbangan dan kelestarian alam terjaga maka Dewi Sri dan Joko Sedono sebagai simbul kesuburan dan kemakmuran akan hadir ditengah kehidupan.Dalam prosesi Ulur-Ulur juga terkandung semangat untuk mempertahankan jatidiri dan identitas masyarakat dengan memurnikan tayub sebagai tradisi dan budaya peninggalan terdahulu.
Permasalahan penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah asal-usul Upacara Adat Ulur-Ulur di Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung? (2) Bagaimanakah tata cara pelaksanaan Upacara adat Ulur-ulur Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung? (3) Bagaimanakah fungsi dari Upacara adat Ulur-ulur Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung?. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Agar mencapai tujuan tersebut data dikumpulkan dengan wawancara, dokumentasi, serta observasi. Setelah melakukan wawancara dan observasi, tahapan selanjutnya menganalisis data yang menggunakan reduksi data, penyajian data, verification.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) Menurut kepercayaan, adanya upacara adat Ulur-ulur diawali dengan kejadian yang menimpa masyarakat setempat secara mendadak terkena musibah besar. Banyak warga yang mendadak meninggal terkena penyakit yang mematikan, istilah jawanya “Pagepluk Meganturan”. Situasi tersebut membuat para punggawa pemerintahan jaman dahulu merasa prihatin, kemudian para punggawa melakukan semedi memohon kepada Tuhan agar terbebas dari musibah yang menimpa warganya. Dalam semedinya mendapatkan petunjuk bahwa cara untuk menghilangkan musibah tersebut bahkan membuat wilayahnya semakin baik dengan mengadakan upacara pepetri atau upacara sesaji ruwatan dan tayuban di telaga Buret, dan akirnya menjadi sebuah kebudayaan di masyarakat yang tetap dilestarikan sampai saat ini. (2) prosesi upacara dibagi menjadi 3 tempat. persiapan pemberangkatan, proesesi upacara, dan tempat sesaji. Persiapan upacara dilaksanakan di rumah Kepala Desa Buret yang kebetulan tempatnya dekat dengan Telaga buret. Di sini peserta upacara terdiri dari tim pembawa "jodang" (semacam keranjang segi empat berisi makanan dan sesaji), "penganten" yang membawa pakaian "penganteng penjaga telaga", pengiring yang berpakaian adat jawa. Rombongan upacara berangkat dari tempat persiapan. Paling depan kerandang makanan (jodang) berjumlah 4 buah, yang masing-masing kiriman dari 4 desa. Jodang tersebut dipikul oleh dua orang di depan dan di belakang. Di belakngnya pasukan pembawa tombak dan bokor berisi dupa yang sudah di nyalakan. Di belakangnya lagi sepasang penganten yang membawa peralatan pakaian "manten". Diikuti beberapa gadis cantik membawa bokor yang beiris bunga aneka warna untuk ditaburkan di telaga. (3) memilik keterkaitan antar satu generasi dengan generasi berkutnya, dengan kata lain pendukung upacara ulur-ulur adalah antar generasi. menjaga identitas dan jati diri masyarakat desa sawo kecamatan campurdarat kabupaten tulungagung. Sebagai pembangun kepedulian, solidaritas dan rasa gotong royong antar masyarakat dengan melakukan upacara adat ulur-ulur desa sawo kecamatan campurdarat kabupaten tulungagung..
Kata Kunci : Pelaksanaan, Upacara Ulur-ulur, Tulungagung.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmodiharjo. 1994. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang: Laboratorium Pancasila IKIP Malang.
Dwi Ana Sari, Teky. 2006. Upacara Bersih Desa Tanjungsari di Dukuh Dlimas Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten. Tesis. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press.
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Koentjaraningrat. 1984. Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas.
Koentjaraningrat. 1987. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 2010. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Masyuril, Sigit. 2008. Studi Kasus Kesenian Kobrosiwo di Dusun Surowangsan, Margorejo, Tempel, Sleman 1972-2008. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Melalatoa, M. Junus. 1997. Sistem Budaya Indonesia. Jakarta: PT. Pamator.
Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-metode Penelitian “Suata Tinjauan Teoretis Dan Praktis”. Jogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa Menggali Untaian Kearifan lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohman, Fatkhur. 2015. Makna Filosofi Tradisi Upacara Perkaawinan Adat Jawa Kraton Surakarta dan Yogyakarta. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.
Sedyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Pertujukan. Jakarta: Sinar Harapan.
Soepanto. 1991. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendektan Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung: Alfabeta.
Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Univesitas Nusantara PGRI Kediri, 2016. Panduan Karya Tulis Ilmiah. Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Wawancara dengan Bapak Yuda, Tulungagung, 24 Januari 1988 selaku sekertaris kegiatan Upacara Adat Ulur-Ulur, pada hari Jum’at 20 Juli 2018, pukul 14.00 WIB
Wawancara dengan Mbah Poer, Tulungagung, 4 Desember 1949 selaku pengikut arak-arakan Ulur-Ulur, pada hari Jum’at 20 Juli 2018, pukul 15.00 WIB
Wawancara dengan Mbah Kardji, Tulungagung, 30 Maret 1949 selaku sesepuh Desa Sawo, pada hari Jum’at 20 Juli 2018, pukul 16.00 WIB
Wawancara dengan Bapak Yuli, Tulungagung, 12 September 1967 selaku warga Desa Sawo, pada hari Jum’at 20 juli 2018, pukul 19.00 WIB