Tradisi Upacara Melasti di Waduk Siman Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri


Author (Penulis)

NUR CAHYANI
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Author Identity (NPM)

14.1.01.02.0022

Abstract

Upacara Melasti merupakan serangkaian Hari Raya Nyepi, Upacara Melasti ini dilakukan 3 hari sebelum Nyepi.Upacara Melasti diartikan sebagai pembersihan atau penyucian segala sarana dan peralatan yang dipergunakan dalam persembayangan dan penyucian diri atau jiwa semua Umat Hindu.Penyucian ini dilakukan dengan Tirta Amertha (air kesucian).Upacara Melasti di Kabupaten Kediri dilaksanakan di Waduk Siman.Permasalahan peneliti ini adalah
(1) Bagaimanakah asal-usul Upacara Melasti di Waduk Siman? (2) Bagaimanakah prosesi Upacara Melasti di Waduk Siman? (3) Apakah makna yang terkandung dalam peralatan yang digunakan saat Upacara Melasti di Waduk Siman? (4) Bagaimana cara melestarikan Upacara Melasti pada generasi muda?.Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif- kualitatif.Tahapan dalam penelitian peneliti menggunakan menganalisis data yaitu analisis domain, analisis taksonomi dan komponensial.Hasil penelitian ini adalah (1) Asal-usul Upacara Melasti di Waduk Siman yaitu Tahun 804 M Begawanta Bhari diberikan penghargaan oleh Rakai Layang Dyah Tulodhong masa Kerajaan Mataram Kuno, dikarenakan membuat tanggul serta Sungai Harinjing Bhagawanta Bari merupakan pandita Umat Hindu pada masa itu maka dari itu dilihat dari sejarah tersebut pada tahun 2000 dengan dipelopori oleh Ida Pandita Wisnawa Atmaja Umat Hindu, Parisadha Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Kediri serta Umat Hindu lainnya memilih Waduk Siman untuk sebagai Upacara Melasti. (2) Prosesi Upacara Melasti di Waduk Siman yaitu ada 3 tahap prosesi, yaitu prosesi pertama penurunan pratima dari kahyangan dalam prosesi ini pratima yang dilambangkan Sang Hyang Widhi diturunkan dari kahyangan (Pura Agung Kertha Buana) dibawa ke tempat penyucian yaitu Waduk Siman, kedua berserah diri kepada Sang Hyang Widhi dan penyucian diri dan yang ketiga yaitu penyucian alam (3) Makna yang terkandung dalam peralatan yang digunakan saat Upacara Melasti di Waduk Siman, ada beberapa sarana yang dipergunakan yaitu penjor, joli, pejati, banten caru, banten Mendhak Tirta, serta bunga hal ini memiliki makna rasa syukur terhadap Sang Hyang Widhi (4) Cara melestarikan Upacara Melasti pada generasi muda? orang tua yang sebagai umat Hindu wajib mengajak anak-anak mereka mengikuti Upacara Melasti, agar mereka mengetahui dan memahi arti Upacara Melasti hal itu dapat terwariskan secara langsung.
Kata Kunci: Tradisi, Upacara Melasti, Waduk Siman


Keyword

a

Reference

Asmito.1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bosch, F.D.K. 1983. Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu di Kepulauan Indonesia.Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Darini, Ririn. 2013. Sejarah Kebudayaan Indonesia: Masa Hindu-Budha. Yogyakarta: Ombak.

Dinas Komunikasi dan Informatika.2017. Pemerintah Kabupaten Kediri; Kecamatan Kepung. (online). Tersedia: http://kedirikab.go.id/index.php? option=com, diunduh 8 Mei 2018.
Esten, Mursal.1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa Bandung.
Fakultas Sastra. 1979. Kamus Arkeologi Indonesia 2. Jakarta: Universitas Indonesia
Hidayah, Titik Nur. 2014. Perwujudan Nilai-Nilai Luhur Pancasila Dalam Upacara Melasti di Waduk Siman Kepung Kabupaten Kediri. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Kartoatmodjo, Sukarto. 1985. Harijadi Kediri. Kediri: Lembaga Javanologi-Universitas Kadiri.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Munib, Nb. 2014. Kesucian Gunung Kelud. (online). Tersedia: https://dahanapura.blogspot.co.id/ 2012/02/kesucian-gunung- kelud.html?m=1 , diunduh 17 Mei 2018.
Mustopo, Moehamad Habib. 2002. Kali Brantas: Kisah Balik Sejarah Pengendaliannya. Malang: Malang’s Cultural Heritage Society.
Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

, Toga. 2013. Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayan Indonesia. (online). Tersedia: https://togapardede.wordpress.co m/2013/02/20/wujud-akulturasi- kebudayaan-hindu-budha- kebudayaan-indonesia/, diunduh 20 November 2017.
Pendit, Nyoman S. 2001. Nyepi: Kebangkitan, Toleransi, dan Kerukunan. Jakarta: Gramedia.
Poesponegoro Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional jilid II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Rendra. 1984. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: Gramedia.
Soekmono.1991. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius. Soekmono.1993. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.
Suarnada. 2015. Pemahaman Umat Hindu Tentang Hari Saraswati di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, 7 (1). (Online), tersedia: http://widyagenitristahds.or.id/in dex.php/wg/article/view/, di unduh 24 November 2017.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumartono, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia: Seni Rupa dan Desain (Sumartono, Ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Suryadi. 2015. Kupasan Sejarah Candi Jago (Jajaghu).Makalah disajikan untuk wisatawan yang berkunjung di Candi Jago, Kabupaten Malang.

Suwardono. 2013. Sejarah Masa Hindu- Budha. Yogyakarta: Ombak.
Widya, Agustina. 2017. Makna Hari Raya Kuningan pada Umat Hindu di Pura Khayangan Jagad Kerthi Buana Waylunik Bandar Lampung.Skripsi.Dipublikasikan. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan.
Wijayananda, Ida Pandita Mpu Jaya. 2004. Makna Filosofi Upacara dan Upakara. Surabaya: Paramita.
Wikarman, I Nyoman Singgin dan I Gede Sutarya.2005. Hari Raya Hindu Bali-India. Surabaya: Paramita.
Wikarman, I Nyoman Singgin. 2006. Caru: Plemahan dan Sasih. Surabaya: Paramita.


PUBLISHED

2018-08-14

JOURNAL

Simki-Pedagogia

ISSN

2599-073X

ISSUE

Vol. 02 No. 08 Tahun 2018

Download PDF

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UN PGRI Kediri.

Jl. KH. Ahmad Dahlan 76 Mojoroto Kota Kediri

Designed by BootstrapMade
LPPM Server - Powered by BSI