Penelitian ini dilatarbelakangi fenomena kurangnya rasa percaya diri peserta didik di SMPN 1 Panggul Kelas IX terutama pada siswa dengan latar belakang broken home. Siswa dengan latar belakang broken home sering melamun, pendiam, jarang tersenyum, kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran, dan kurang bisa bersosialisasi dengan baik dengan teman-temannya di kelas maupun dengan orang di sekitarnya. Sedangkan siswa dengan latar belakang tidak broken home lebih percaya diri dan lebih berprestasi dalam pelajaran. Ciri-ciri individu yang memiliki sikap percaya diri, yaitu keyakinan diri. sikap positif dan memanfaatkan kelebihan.
Rumusan masalah penelitian ini adalah adakah perbedaan tingkat percaya diri siswa yang broken home dan tidak broken home di SMPN 1 Panggul Kelas IX Tahun Ajaran 2017/2018. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dengan pengumpulan data menggunakan kuisioner yang di uji dengan uji validitas dan reabilitas. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas IX di SMPN 1 Panggul Trenggalek tahun ajaran 2017/2018, dengan jumlah 309 siswa. Penelitian ini menggunakan dua jenis pengambilan sampel yaitu kelompok siswa dari keluarga broken home mengunakan sampel populasi yaitu ditetapkan 34 siswa, yang diperoleh dari dokumentasi sekolah sedangkan pengambilan sampel kelompok siswa keluarga tidak broken home mengambil sampel proporsional yaitu sebanyak 41 siswa.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t test (Independent sample t test). Hasil analisis data menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung 11,437 > 2,037 ttabel, Hal ini berarti ada perbedaan tingkat percaya diri siswa broken home dan siswa tidak broken home di SMPN 1 Panggul Kelas IX. Siswa broken home kelas IX SMPN 1 Panggul mayoritas dalam kategori rendah, sedangkan siswa tidak broken home mayoritas dalam kategori tinggi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat percaya diri siswa broken home dan siswa tidak broken home, sehingga disarankan 1) bagi konselor atau guru BK sebaiknya menumbuhkan rasa percaya diri siswa melalui pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling, 2) bagi siswa khususnya dari keluarga broken home untuk selalu tegar dan bersikap positif dalam menghadapi berbagai kondisi sehingga akan dapat meningkatkan rasa percaya dirinya, 3) bagi kepala sekolah agar dapat menerapkan kebijakan dalam pembelajaran yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
Kata kunci : percaya diri, broken home
Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakara: Puspa Swara.
Luxori, 2004. Percaya Diri. Jakarta: Khalifa
Luxori, 2005. Psikologi kepribadian. Bandung; Remaja Rosda Karya
Matinka, D. 2011. Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Pendidikan Remaja. Karya Ilmiah. Karawang: Universitas Singa Perbangsa
Zuraida, 2016. Analisa Perilaku Remaja Dari Keluarga Broken Home. Kognisi Jurnal, Vol.1 No.1. Medan: Universitas Potensi Utama