PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DENGAN PENGGUNAAN KEPALA BERNOMOR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
Author (Penulis)
ULFA YUNI ISTIANA
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Author Identity (NPM)
11.1.01.05.0214
Abstract
ABSTRAK
Ulfa Yuni Istiana : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif jigsaw Dengan Penggunaan Kepala Bernomor Ditinjau Dari Keaktifan Belajar Siswa. Skripsi, Jurusan S1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusantara PGRI Kediri 2016. Pembimbing: (1) Drs. Samijo, M.Pd, (II) Bambang Agus Sulistyono, M.Si
Kata Kunci : Kooperatif, Jigsaw, Kepala Bernomor, Keaktifan Belajar.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil pengamatan dan pengalaman penelitian, bahwa hasil kemampuan pemecahan masalah matematika di SMKN 1 Kediri masih rendah pada materi Logaritma. Hal ini dikarenakan penggunaan model yang masih monoton dan kurang bervariatif, yang menyebabkan kejenuhan pada siswa sehingga keaktifan siswa menjadi rendah.
Tujuan penelitian ini mengetahui (1) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika ditinjau dari tingkatan keaktifan belajar tinggi, sedang, dan rendah menggunakan model kooperatif Jigsaw dengan kepala bernomor. (2) perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik bagi siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi dan siswa yang memiliki keaktifan belajar sedang menggunakan model kooperatif Jigsaw dengan penggunaan kepala bernomor. (3) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik bagi siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi dan siswa yang memiliki keaktifan belajar rendah menggunakan model kooperatif Jigsaw dengan penggunaan kepala bernomor. (4) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik bagi siswa yang memiliki keaktifan belajar sedang dan siswa yang memiliki keaktifan belajar rendah menggunakan model kooperatif Jigsaw dengan penggunaan kepala bernomor.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subjek penelitian siswa kelas X-TKR 3 SMKN 1 Kediri. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen observasi dan tes. Dan hasil penelitian ini adalah (1) Diperoleh Fobs =35 dan Ftabel = 3,35 maka disimpulkan ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa dengan keaktifan belajar tinggi, sedang, dan rendah. (2) Diperoleh Fobs = 15,7 dan Ftabel = 6,7 maka disimpulkan siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki keaktifan belajar sedang. (3) Diperoleh Fobs = 69,65 dan Ftabel = 6,7 maka disimpulkan siswa yang memiliki keaktifan belajar tinggi kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki keaktifan belajar rendah. (4) Diperoleh Fobs=17,80 dan Ftabel = 6,7 maka disimpulkan siswa yang memiliki keaktifan belajar sedang kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki keaktifan belajar rendah.
Dari kesimpulan terbukti ada perbedaan hasil belajar pada setiap tingkatan keaktifan, hendaknya siswa memiliki keaktifan belajar tinggi agar kemampuan pemecahan masalah matematika juga tinggi dan guru sebagai fasilitator sekaligus motivator harus menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar.