TATARAN SEMANTIK DALAM WACANA POLITIK PADA MEDIA JAWA POS EDISI JUNI – DESEMBER TAHUN 2014


Author (Penulis)

MOCH. ROKHIM
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Author Identity (NPM)

10.1.01.07.0111

Abstract

MOCHAMAD ROKHIM. 10.1.01.07.0111. TATARAN SEMANTIK DALAM WACANA POLITIK PADA MEDIA JAWA POS EDISI JUNI-DESEMBER TAHUN 2014. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI. 2015. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 2004: 2). Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarkial gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar. Sebagai satuan gramatikal tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal. Dalam dunia politik, wacana merupakan alat yang paling ampuh untuk menyampaikan ide atau aspirasi para politikus kepada masyarakat. Biasanya para elit politik menggunakan bahasa yang dikemas sedemikian rupa sehingga terlihat yang tampaknya menjadi kepentingan bersama padahal ucapannya itu hanya untuk kepentingan pribadi atau kalangan tertentu saja. Tanpa sadar masyarakat sering terbawa oleh perkataan yang dituturkan para elit politik. Masyarakat kini umumnya kurang paham akan permainan kata-kata para elit politik. Secara bawah sadar masyarakat mengikuti cara pandang yang disampaikan oleh para elite politik itu. Bahkan, masyarakat begitu saja menerima cara pandang elit politik itu sebagai sebuah kebenaran tanpa pernah mengkritisi cara pandang itu. Wacana politik biasanya digunakan oleh penguasa untuk mengaburkan makna yang terkandung dalam kalimat yang disampaikan kepada masyarakat. Wacana politik yang dikemukakan oleh penguasa disampaikan kepada masyarakat melalui media massa. Dengan menggunakan media massa diharapkan informasi akan meluas, baik dalam segi pembacanya maupun ruang lingkup jangkauannya.Peran wartawan sangat diperlukan dalam menjembatani informasi yang diucapkan penguasa untuk disampaikan kepada masyarakat. Dalam hal ini wartawan tidak harus menyalin semuanya apa yang telah disampaikan oleh penguasa, tetapi sebaiknya menyaring terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata yang lebih sederhana tanpa mengubah arti yang dimaksudkan. Seperti uraian Saya diatas makalah ini akan mengkaji tentang bahasa politik melalui ilmu semantik. Akan tetapi makalah ini tidak mengkaji secara menyeluruh, hanya makna leksikal yang terkandung dibalik kata yang dipaparkan di media cetak.

Keyword

a

Reference


PUBLISHED

2016-01-04

JOURNAL

Simki-Pedagogia

ISSN

2599-073X

ISSUE


Download PDF

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UN PGRI Kediri.

Jl. KH. Ahmad Dahlan 76 Mojoroto Kota Kediri

Designed by BootstrapMade
LPPM Server - Powered by BSI