STUDI TENTANG PETILASAN JAYABAYA DI DESA PAMENANG KECAMATAN PAGU KABUPATEN KEDIRI


Author (Penulis)

LENA ADITYA
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Author Identity (NPM)

10.1.01.02.0021

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi hasil pengamatan dan pengalaman peneliti, bahwa dalam silsilah raja-raja tanah Jawa, Jayabaya (salah satu keturunan Batara Wisnu) adalah seorang yang kemudian melahirkan raja-raja Jawa berikutnya. Dalam tradisi Jawa, nama besar Jayabaya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa. Sehingga namanya muncul dalam kesusastraan Jawa zaman Mataram Islam atau sesudahnya sebagai Prabu Jayabaya. Contoh naskah yang menyinggung tentang Jayabaya adalah Babat Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa, Petilasan Petilasan adalah istilah yang diambil dari bahasa Jawa (kata dasar tilas atau bekas)yang menunjuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorang (yang penting). Tempat yang layak disebut petilasan biasanya adalah tempat tinggal, tempat beristirahat (dalam pengembaraan) yang relatif lama, tempat pertapaan, tempat terjadinya peristiwa penting, atau ketika terkait dengan legenda tempat moksa.Fokus penelitian ini adalah mengenai sejarah dan wujud fisik bangunan petilasan Sri Aji Jayabaya serta ritual yang di adakan di petilasan Sri Aji Jayabaya, Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui mengenai sejarah dan wujud fisik bangunan petilasan Sri Aji Jayabaya serta ritual yang di adakan di petilasan Sri Aji Jayabaya, sebagai salah satu warisan leluhur. Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, peneliti ini memiliki 3 rumusan masalah yaitu sebagai berikut (1) Bagaimana sejarah petilasan Sri Aji Jayabaya ? (2) bagaimana wujud fisik bangunan petilasan Sri Aji Jayabaya? (3) serta ritual yang di adakan di petilasan Sri Aji Jayabaya? (4) bagaimana sejarah Kerajaan Kediri? (5) ) Siapa sosok prabu Sri Aji Jayabaya ? (6) Apa sajakah keagungan dari prabu Sri Aji Jayabaya ? (7) Apa sajakah isi dari ramalan prabu Sri Aji Jayabaya, yang dikenal dengan sebutan jangka Jayabaya ? Dalam penelitian ini pendekatan atau jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Sesuai dengan jenis pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lokasi sangat penting. Kata- kata dan tindakan yang diperoleh dari informan merupakan sumber data utama dalam peneltian ini, Sedangkan data tambahan berupa hasil wawancara, observasi, dokumentasi,analisi data yang dilakukan dengan cara menelaah seluruh data, lalu mengadakan reduksi data, lalu menarik kesimpulan,tahap akhir adalah analisis data ini dengan melakukan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah : (1) Sejarah petilasan Jayabaya semula hanya seonggok tanah bernisan, bersemak belukar dan batu-batu berserakan dibawah naungan sebuah pahon kemuning yang rindang. (2) Bangunan terdiri dari 3 bangunan pokok, yaitu Loka Muksa atau tempat Jayabaya muksa, Loka Busana (Lambang tempat busana diletakkan sebelum muksa), serta Loka Mahkota (lambang tempat Mahkota diletakkan sebelum muksa) serta bangunan Sendang Tirto Kamandanu yang merupakan taman atau kolam berbentuk empat persegi panjang dengan pagar keliling transparan dan dilengkapi dengan empat buah patung dewa di ke empat sudutnya.(3) Ritual atau kegiatan yang biasa dilakukan dalam petilasan antara lain diadakan do’a atau sembahyangan setiap hari malam Jum’at Legi, upacara ritual malam 1 suro, upacara Labuan Parang Kusumo yang diadakan pada tanggal 5 suro, serta pensucian pusaka pada tanggal 1 suro.(4) Kerajaan Kediri atau yang disebut Kerajaan Panjalu merupakan kerajaan yang bercorak Hindu, yang terdapar di Jawa Timur antara tahun 1042-1222.(5) Sosok prabu Sri Aji Jayabaya yaitu beliau merupakan seorang raja yang pernah bertahta dikediri,dan beliau terkenal dengan ramalannya yang disebut dengan jangka Jayabaya.(6) Keagungan yang dimiliki oleh prabu Sri Aji Jayabaya antara lain Raja Jayabaya memiliki gelar sang apanji, prabu Jayabaya juga terkenal akan ramalannya yang dikenal dengan serat jangka Jayabaya.(7) Beberap ramalan prabu Jayabaya antara lain : Tanah Jawa kalungan wesi artinya Pulau Jawa berkalung besi, Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang artinya Perahu berjalan di angkasa. Kali ilang kedhunge artinya Sungai kehilangan mata air. Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, untuk masyarakat pada khususnya masyarakat desa menang, Untuk tetap terus melestarikan serta merawat bangunan petilasan,yang diwariskan nenek moyang kepada kita, agar nantinya para generasi muda dan anak cucu kita juga bisa merawat dan melestarikan warisan tersebut.

Keyword

a

Reference


PUBLISHED

2016-02-09

JOURNAL

Simki-Pedagogia

ISSN

2599-073X

ISSUE


Download PDF

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UN PGRI Kediri.

Jl. KH. Ahmad Dahlan 76 Mojoroto Kota Kediri

Designed by BootstrapMade
LPPM Server - Powered by BSI